Buat Orangtua Jadi Tersangka, Modus Baru Penculikan Anak!
Modus Penculikan ini sedang menjadi 'trend'. Aksinya dapat dilakukan oleh beberapa orang, biasanya dalam tim. Bahkan dapat melibatkan anak-anak dalam prosesnya.
Para pelaku berakting untuk melakukan pendekatan dengan target, dengan maksud mencari informasi yang sebanyak mungkin dalam menjalankan aksi penculikan ini.
Para pelaku awalnya akan mengajak ngobrol orangtua target, layaknya berbicara seperti biasa. Selanjutnya pembicaraan menjadi semakin mendetail. Ini dilakukan agar pelaku dapat memperoleh informasi mengenai calon korban sebanyak-banyaknya. Pertanyaannya berupa nama lengkap, umur, tanggal/tempat lahir, usia, hobi, dan sebagainya.
Lalu pelaku akan bersikap baik, layaknya ingin membantu calon koban dalam menjaga anaknya, saat diperlukan. Misalnya saat orang tua anak sedang ingin ke toilet atau membeli makan, dsb. Pelaku akan menawarkan diri nuntuk membantu menjaga atau menitipkan anak calon korban.
Jika momentum seperti yang disebutkan tidak ada atau ditolak, maka pelaku akan merebut paksa anak calon korban dengan 'berakting' seakan-akan anak calon korban tersebut adalah anaknya dan orangtua kandung dari anak tersebut adalah 'tersangka'. Pelaku berani melakukan aksinya, karena dia merasa sudah mendapat informasi yang cukup untuk membawa anak tersebut, informasi tersebut diperoleh dari hasil obrolan diawal dengan orangtua anak.
Kasus ini baru-baru saja terjadi pada seorang wanita bernama Pramestya Aniendita, yang kemudian ia bagikan kisahnya melalui akunnya di Facebook. Kira-kira ini adalah gambaran dari modus penculikan anak yang sedang marak sekarang ini;
Dalam postingannya, Pramestya juga menuliskan bagaimana si pelaku menanyakan informasi mengenai anaknya, seperti nama, umur, tanggal lahir.
Pramestya mulai merasa curiga karena pertanyaan pelaku semakin personal dan mendetail, seperti golongan darah, hingga berat badan dan jam lahir. Pramestya semakin cuiga karena pelaku ingin sekali mengetahui nama panjang anaknya. Maka dari itu, ia hanya memberi tahu pelaku nama palsu.
Saat turun dari kereta-pun, pelaku bersikap sangat baik yaitu membawakan koper Pramestya, dsb tanpa diminta. Setelah itu pelaku bertanya, apakah Pramestya dan anaknya ada yang menjemput, karena masih curiga, Pramestya menjawab tidak, padahal akan ada yang menjemput mereka di stasiun. Ia dan pelaku akhirnya berjalan bersama-sama ke luar stasiun.
Disinilah pelaku mulai melakukan aksinya, yaitu berakting.
"Tiba-tiba, ibu itu mau gendong anak saya. Dia bilang terima kasih sudah menjaga 'cucunya'. Saya langsung kaget. Saya bilang, 'Ibu! Ini apa-apaan sih!?' Anak laki-laki yang ikut di sampingnya pun, 'Orang jahat! Kembalikan adik saya!' Saya langsung syok anak kecil itu ngomong begitu. Banyak orang liatin saya, kirain saya culik anak. Tiba-tiba ada satu cewek datang, panggil nama anak saya (nama palsu yang tadi saya kasih tahu) dan bilang, 'Duh kamu ke mana aja dari tadi ibu cari-cari! Ayo kita pulang!' Dia ngotot mau gendong anak saya. Saya langsung naik taksi yang ada di depan gerbang, tapi ngerinya, wanita ini ikut naik. Dia tarik-tarik anak saya. Saya peluk anak saya erat-erat. Anak saya pun nangis," tulisnya.
Ia tidak punya pilihan lain, akhirnya ia turun dari taksi untuk menyelamatkan anaknya. Sementara orang-orang di sekitar malah memperhatikan Pramestya (si ibu kandung) dengan curiga. Pramestya sudah berkali-kali menjelaskan bahwa anak itu adalah anak kandungnya, tetapi ibu-ibu (pelaku) yang tidak dikenal tersebut malah 'ngotot' anak itu adalah cucu si pelaku. Ditambah lagi, ada rengekkan dari anak yang dibawa oleh si pelaku (yang satu tim dengan pelaku), yang berkata bahwa ia ingin 'adiknya' dikembalikan.
Pramestya, sang ibu, gemetaran karena kejadian ini adalah 2 lawan 1. Ia sangat takut anaknya akan diambil oleh si penculik, karena orang-orang di sekitar sudah melihatnya dengan curiga. Beruntung penjemput Pramestya datang dan menghampiri keributan tersebut.
Sang Pelaku tetap saja ngoto bahwa anak tersebut adalah 'cucunya' yang sedang diculik. Si Pelaku bahkan mengungkapkan informasi pribadi mengenai anak yang akan diculiknya tersebut. Pramestya sangat terkejut karena informasi tersebut semuanya adalah topik obrolan dengan sang pelaku di kereta.
Mengingat bahwa Pramestya tidak memberikan informasi yang akurat mengenai nama panjang dari anaknya tersebut. Ia lalu menanyakan kepada pelaku siapa nama anaknya tersebut. Ternyata sang pelaku salah mengucapkan nama anak tersebut, sehingga kasus penculikan menjadi gagal.
"Saya langsung semprot, 'Kalian ini masih punya hati nurani gak!? Bisa-bisanya ajak anak kecil untuk ikut bohong sama kalian culik anak orang! Dosa tahu gak!? DOSA!' Mereka langsung diam gak berani ngomong sepatah kata pun. Saya langsung naik mobil didampingi ayah dan ibu saya lalu pergi," tulis Pramestya.
"Setelah sampai di rumah, sudah agak tenang, kami langsung lapor polisi. Ternyata polisi juga bilang kalau akhir-akhir ini kerap terjadi penculikan anak. Mungkin ini adalah salah satu cara yang mereka gunakan, menargetkan ibu muda yang bawa anak, pura-pura dekat dan mencari kesempatan untuk mengambil anak ketika sang ibu tidak memperhatikan. Untung dari awal saya tidak pernah lengah melepaskan kedua mata dari putri saya,"
Modus Penculikan seperti ini ternyata sudah terjadi beberapa kali. Sempat kejadian ini terjadi di sebuah Pasar. Parahnya, tidak ada yang percaya dan membantu si ibu kandung, sehingga ia hanya bisa menangis melihat anaknya dibawa oleh orang asing.
Ada-ada saja ya modus penculikan sekarang ini. Modus seperti ini sangat miris, karena bersifat mengelabuhi korban dan membuat korban (orang tua kandung) seakan-akan menjadi tersangka.
Wapadalah terhadap modus penculikan seperti ini. Jangan sembarangan memberi informasi kepada orang yang tidak dikenal, apalagi jika informasi tersebut bersifat pribadi.
Gladys Sonia Fernita P.
Illustrasi: Google
Komentar